Mengenal TMS: Transcranial Magnetic Stimulation
- Senin, 23 Juni 2025
- Post by PKRS
- 121 kali
- SHARE

Transcranial Magnetic Stimulation (TMS) adalah sebuah alat non-invasif dalam bidang neurologi yang menggunakan medan magnet untuk merangsang aktivitas listrik pada jaringan saraf termasuk otak, akar saraf tulang belakang, serta saraf tepi. Perangkat TMS beroperasi sepenuhnya di luar tubuh dan mempengaruhi aktivitas sistem saraf pusat dengan menerapkan medan magnet yang kuat ke area tertentu di otak. Teknologi ini memungkinkan pasien mendapatkan terapi tanpa operasi dan tetap menggunakan pakaian yang lengkap.
Terapi TMS dilakukan dengan memberikan aliran gelombang elektromagnetik untuk meningkatkan aktivitas sel saraf. Dengan begitu sel saraf akan terstimulasi untuk bekerja lebih baik. TMS bermanfaat untuk memfasilitasi sistem saraf yang menciptakan koneksi baru antar sistem saraf yang rusak akibat matinya jaringan saraf misalnya karena stroke. TMS dapat digunakan untuk menyeimbangkan aktivitas otak. Bahkan, TMS juga meningkatkan fungsi motorik melalui rangsangan ke area motorik yang berperan penting untuk anggota gerak tubuh.
TMS digunakan sebagai terapi tambahan untuk menunjang atau mempercepat proses penyembuhan, bukan pengganti obat pada tatalaksana gangguan saraf. Pasien dengan gangguan sistem saraf tetap diberikan pengobatan sesuai standar setelah itu dapat diberikan terapi TMS untuk menunjang atau mempercepat proses penyembuhan. Selain mengatasi masalah saraf, TMS juga menjadi terobosan cara pengobatan yang aman dan efektif, tanpa menggunakan obat-obatan bagi penderita depresi. Beberapa penemuan kecil telah menunjukkan TMS efektif dalam menangani depresi.
TMS terdiri dari dua komponen utama, yaitu generator getaran dan kumparan elektromagnetik yang ditempatkan di atas kepala subjek. Dalam penggunaan TMS, laju perubahan arus dan medan magnet berdasarkan waktu adalah pertimbangan utama. Oleh karena itu TMS telah diterima sebagai metode yang aman untuk merangsang fungsi sistem saraf. tulang belakang.
Terapi TMS telah digunakan di Klinik Saraf RS Radjiman Wediodiningrat untuk membantu proses penyembuhan pasien yang mengalami gangguan sistem saraf antara lain cedera karena olahraga, kondisi nyeri, pasien psikiatri, neurologi atau gangguan saraf dan kasus pada anak misalnya ADHD dan gangguan wicara. TMS di RS Radjiman Wediodiningrat juga digunakan untuk kasus kecanduan merokok.
TMS dapat menginduksi terjadinya kejang, efek pada kognisi, efek pada suasana hati, efek sementara pada hormon dan limfosit, pergeseran pendengaran sementara, sakit kepala,luka bakar dari elektroda pada kulit kepala. Hingga saat ini, tidak ada bukti bahwa TMS memiliki dampak negatif pada tekanan darah atau detak jantung dan perubahan ambang pendengaran. Beberapa kontraindikasi absolut untuk pengobatan TMS antara lain wanita hamil, anak di bawah umur enam tahun, pasien dengan implan logam intrakranial, pasien dengan alat pacu jantung, individu dengan implan koklea dan stimulator sumsum.
Sumber Gambar:
Referensi:
Nugraha, A. W., Rahayu, U. B., Fis, S., & Ftr, S. (2024). Efek Eksitasi TMS (Transcranial Magnetic Stimulation) Pada Pasien Stroke: Kajian Literatur (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).
Fillah, M. I. A., & Kembaren, L. (2023). Perbaikan Skor Self Reporting Questionnaire (SRQ 29) pada Pasien Gangguan Jiwa yang Melakukan Transcranial Magnetic Stimulation (TMS) dan Neurofeedback. Malahayati Nursing Journal, 5(2), 469-479.