Vicarious Trauma: Luka Batin dari Mendengarkan Derita Orang Lain
- Rabu, 15 Oktober 2025
- Post by PKRS
- 40 kali
- SHARE

Alek Gugi Gustaman, SKM
Dalam menjalankan tugas kemanusiaan, banyak tenaga profesional yang terlibat langsung dalam penanganan krisis dan penderitaan orang lain. Namun, di balik dedikasi dan empati tersebut, tersimpan risiko gangguan psikologis yang sering kali luput dari perhatian, yaitu vicarious trauma. Kondisi ini dapat menimpa siapa saja yang secara terus-menerus mendengarkan atau menyaksikan pengalaman traumatis orang lain.
Pengertian Vicarious Trauma
Vicarious trauma adalah kondisi perubahan emosional dan psikologis yang muncul akibat paparan berulang terhadap kisah atau pengalaman traumatis orang lain. Berbeda dengan trauma langsung yang dialami karena peristiwa nyata yang menimpa diri sendiri, vicarious trauma terjadi secara tidak langsung melalui proses empati dan keterlibatan emosional.
Fenomena ini banyak ditemukan pada tenaga kesehatan, psikolog, pekerja sosial, relawan kemanusiaan, hingga jurnalis yang kerap terpapar pada kisah penderitaan dan kekerasan.
Penyebab Vicarious Trauma
Penyebab utama vicarious trauma adalah akumulasi stres emosional akibat mendengarkan cerita-cerita traumatis tanpa adanya kesempatan yang cukup untuk memproses dan memulihkan diri. Beberapa faktor yang dapat memicu terjadinya antara lain:
· Paparan berulang terhadap kisah traumatis, seperti kekerasan, bencana, atau kematian.
· Empati berlebihan, ketika seseorang terlalu larut dalam penderitaan orang lain.
· Beban kerja tinggi dan minim dukungan emosional di lingkungan kerja.
· Kurangnya pelatihan tentang manajemen stres dan kesehatan mental.
Contoh Dampak Vicarious Trauma
Dampak vicarious trauma dapat muncul dalam berbagai bentuk, baik fisik, emosional, maupun sosial.
Secara emosional, seseorang mungkin merasa cemas, mudah marah, kehilangan semangat, atau merasa tidak berdaya.
Secara fisik, muncul keluhan seperti kelelahan berlebih, gangguan tidur, dan penurunan daya tahan tubuh.
Secara sosial, individu dapat menjadi menarik diri, kehilangan rasa percaya, bahkan mengalami perubahan pandangan terhadap kehidupan dan dunia.
Jika tidak ditangani, kondisi ini dapat menurunkan kualitas hidup serta berdampak pada kinerja profesional dan hubungan interpersonal.
Siapa yang Berisiko Mengalami?
Kelompok yang paling berisiko mengalami *vicarious trauma* adalah mereka yang bekerja di bidang dengan paparan tinggi terhadap penderitaan manusia, antara lain:
* Tenaga kesehatan (dokter, perawat, bidan, tenaga psikologi, konselor)
* Pekerja sosial dan relawan kemanusiaan
* Petugas pemadam kebakaran dan penegak hukum
* Jurnalis investigasi atau peliput bencana
Namun, masyarakat umum yang terlalu sering mengonsumsi berita kekerasan atau tragedi melalui media juga dapat mengalami bentuk ringan dari kondisi ini.
Cara Tetap Terinformasi Tanpa Terbebani
Menjadi peduli terhadap isu sosial dan kemanusiaan penting, tetapi menjaga kesehatan mental juga tak kalah penting. Beberapa langkah sederhana yang dapat dilakukan antara lain:
1. Batasi paparan informasi traumatis. Tidak semua berita harus diikuti secara mendalam.
2. Ambil jeda digital. Istirahat dari media sosial atau berita ketika mulai merasa terganggu secara emosional.
3. Sadari batas empati. Empati bukan berarti harus menanggung beban emosional orang lain sepenuhnya.
4. Pilih sumber informasi yang kredibel dan menenangkan, bukan yang bersifat sensasional.
Cara Mengatasi Vicarious Trauma
Menghadapi vicarious trauma memerlukan pendekatan menyeluruh, baik dari sisi individu maupun institusi.
1. Kenali tanda-tandanya. Sadari ketika muncul rasa lelah mental, kehilangan motivasi, atau sulit berempati.
2. Dapatkan dukungan profesional. Konsultasi dengan psikolog atau konselor dapat membantu mengelola beban emosional.
3. Lakukan perawatan diri (self-care). Tidur cukup, makan bergizi, berolahraga, dan melakukan kegiatan yang menyenangkan dapat memulihkan keseimbangan emosi.
4. Gunakan dukungan sejawat (peer support). Berbagi pengalaman dengan rekan kerja yang memahami beban profesi dapat meringankan stres.
5. Ikuti pelatihan kesehatan mental di tempat kerja. Institusi perlu memfasilitasi tenaga kerja untuk memahami dan mengenali tanda-tanda kelelahan emosional sejak dini.
Vicarious trauma merupakan tantangan nyata bagi para pekerja di bidang kemanusiaan dan kesehatan. Meski sering kali tidak terlihat, dampaknya bisa sangat besar terhadap kesejahteraan emosional dan profesional. Oleh karena itu, penting bagi setiap individu untuk mengenali batas diri, menjaga keseimbangan emosional, serta mendapatkan dukungan dari lingkungan kerja.
Menolong orang lain adalah panggilan mulia, namun menjaga diri sendiri adalah kewajiban agar tetap mampu melayani dengan hati yang sehat. Namun, jika Healthies mulai memiliki beberapa dampak dari Vicarious trauma ada baiknya konsultasi dengan psikolog RS Radjiman Wediodiningrat.
Healthies dapat memeriksa jadwal Psikolog di RS Radjiman Wediodiningrat dan membuat janji lebih mudah dan cepat melalui daftar online yang dapat diakses pada link http://daftar.rsjrw.id/ atau dapat memanfaatkan Layanan Chat Online gratis selama 30 menit pada nomer WA 0811-3203-5454 Mari percayakan kesehatan mental Anda dan keluarga Anda di RS Radjiman Wediodiningrat.
Daftar Pustaka
1 National Center on Safe Supportive Learning Environments (NCSSLE). (2020). *Vicarious Trauma and Self-Care for Educators and Service Providers.*